Bersyukur Ada Kamu

Wednesday, April 22, 2015

Bersyukur Ada Kamu


Jadi begini sayang,
Mari kita mulai berbicara perlahan.
Aku rasa kamu harus mulai belajar memaklumi orang-orang yang berjanji lalu melanggar.
Bukankah kamu pun pernah mengucap sumpah tanpa menakar lalu ingkar begitu saja?
Maka biarkanlah seperti itu.
Bertahan pada masing-masing diri, tertusuk pecahan kata-kata sendiri.

Sayang,
masih ingat? kita pernah saling jatuh cinta, dan melaluinya dengan begitu keras kepala.
Bertahan dengan ego di masing-masing kepala.
Meluapkan amarah dalam setiap pertengkaran,
yang pada akhirnya berakhir dengan amat (pahit) manis.

Ya sayang,
bukankah pertengkaran-pertengkaran membuat kita mulai belajar untuk sama-sama saling mengerti.
Pertengkaran memang selalu datang acapkali masing-masing tak bisa menahan keinginannya tanpa kompromi.
Bahkan sudah berulang kali terbesit ucapan untuk mengakhiri hubungan kita.
Namun kita tau, tak seharusnya berakhir begitu saja,
seharusnya ego-lah yang mulai kita bunuh perlahan dari masing-masing diri.
always with you
Sayang,
merajut mimpi, meluaskan angan hanya untuk menumpuk janji-janji yang tak terlaksana memang meyakitkan hati.
Mempersatukan isi dua kepala yang bertolak belakang dengan beragam pemikiran-pemikiran akan masa depan yang berbeda juga sulit untuk dilakukan.
Tapi apakah kamu tau? Aku bersyukur (masih) memiliki kamu hingga saat ini.
Setidaknya dengan menjalaninya bersamamu mampu menerbitkan harapan untuk menyelesaikan apa yang belum terselesaikan.
Sebut saja sebagai tugas,
tugas untuk mendampingimu kelak.
Saling menautkan jemari untuk bergenggaman dengan erat.
Saling menguatkan disetiap tapak langkah terjal, lurus, berbelok yang kita lalui untuk mencapai tujuan.
Tujuan akan hidup bersama, menikmati senja berangin berdua.
Hingga tiba di penghujung malam, saling mendekapkan raga,
dan kemudian kelak saling menyaksikan dengan perlahan jiwa yang terlepas dari tubuh kita yang sudah merenta.





0 comments :

Post a Comment