Surat kehilangan.

Friday, April 10, 2015

Surat kehilangan.


Teruntuk lelaki yang kini entah berada di mana.

Sayang, setahun sudah kita tak bersua.
Setahun sudah tak ada lagi senyum dan sapa.
Setahun. Iya. Genap setahun, sayang.
Tapi, kepada lelaki yang kini entah berada di mana.
Aku (masih) mencintaimu.
Bahkan aku..


Aku perempuan yang kau tinggalkan telah jauh jatuh ke dalam hatimu.
Melabuhkan asa, harapan, cita, dan cinta ke dalam hidupmu.
Dan jika aku tak salah ingat, sayang.
Sudah tak ada lagi kita dalam perputaran waktu hidupku.
Sudah tak ada lagi kamu dalam hari-hariku.
Dan kamu tahu, sayang ?
Aku.. Aku sedang tidak baik-baik saja.

Aku pernah merasa baik-baik saja saat ada kamu.
Kamu. Lelaki yang meyakinkan aku bahwa bersamamu, kita -aku dan kamu, mampu melawan dunia.
bahwa hidup bahagia bersamamu bukanlah angan semata.
bahwa aku dan kamu mampu mengukuhkan setia dalam drama dunia.
bahwa apa-apa yang telah Tuhan persatukan hanya mampu dipisahkan oleh-Nya.
Ya. Hingga saat ini.
Aku masih bertahan dalam kamu.
Masih setia untuk tetap mencintai kamu.
Kamu. Lelaki yang pernah ada dalam hidupku.

Sayang. Lelaki yang kini entah berada dimana.
Masih ingatkah kamu betapa kita saling mencintai.
Jatuh hati tanpa terpaksa.
Mentautkan jemari dalam genggaman.
Masih ingatkah, kamu yang kini entah berada dimana?
Pertama kali kita bertemu. Tanpa Sengaja.

Ya. Tanpa Sengaja aku menjatuhkan buku-buku yang ada dalam genggamanmu.
Hingga tanpa ku sadari, aku menjatuhkan hatiku kepadamu, saat itu.
Dan Tentunya kamu masih ingat bukan?
Betapa bahagianya aku, betapa kerasnya degub jantungku.
Saat akhirnya kamu, lelaki yang kini entah berada dimana.
Berlutut memintaku menjadi satu-satunya wanita dalam hidupmu.
Menjalani hidup bersamamu dalam suka maupun duka.
Menjadi wanita yang pada akhirnya harus rela melihat kepergianmu.

Jangan. Jangan khawatir sayang.
Aku memang tidak baik-baik saja tanpamu.
Tapi bukan berarti aku tak percaya akan apa-apa yang telah kau ucapkan.
Janji-janji yang telah kita tautkan.
Hanya saja aku tak percaya.
Tentu bukan tak percaya padamu.
Aku tak percaya bahwa pada akhirnya Tuhan benar-benar memisahkan aku dan kamu.
Mengambil jiwa dalam ragamu.
Mengambil kamu dalam hidupku.
Hingga akhirnya menyisakan duka bagi kehidupanku dan keluargamu.

Sayang. Lelaki yang kini aku tahu telah jauh lebih bahagia.
Kelak, saat Tuhan mengambil jiwaku.
Saat itu aku percaya, kita -aku dan kamu, tak mungkin terpisahkan, lagi.
Kini, biarlah aku tetap seperti ini. Tidak baik-baik saja tanpa kamu.
Hingga saatnya nanti. Aku dan kamu, bertemu lagi dalam nirwana dengan cinta yang tetap terjaga.
Maka dengan surat yang aku terbangkan bersama doa dan segala pengharapanku.
Aku katakan padamu. Aku mencintai kamu, dan akan terus seperti itu.
Tenanglah kamu. Lelakiku yang entah berada dimana.
Maafkan aku, telah menjadi perempuan yang lemah akan kepergianmu.



Salam.
Perempuan yang merindukanmu.

0 comments :

Post a Comment