Tuan, AKU RINDU.

Friday, November 1, 2013

Tuan, AKU RINDU.


Tuan, aku rindu.
Apa kabarmu tuan ? Baik-baikkah kau disana ? Ingatkah akan aku ?
Akan wanita yang selalu menanti kedatanganmu kembali.

Tuan, kali ini aku benar-benar rindu.
Beberapa hari selepas kepergianmu tuan, aku sudah mati terbelenggu rindu.
Betapa bodohnya wanitamu ini tuan.



Tuan, maaf. Jika aku disini selalu menerka-nerka apa yang ada dibenakmu.
Aku kah? atau  hanya rangkaian cerita masa lalu yang kau kenang?
Sekali lagi, maaf tuan. Jarak selalu membuatku takut kehilanganmu.
Beruntungnya aku memilikimu yang selalu menguatkanku.
Lelaki yang dengan setia dan sabarnya mengingatkan bagaimana jarak dapat mendewasakan.
Tak hentinya menceritakan bagaimana sakitnya tertelan rindu yang kian menggebu.

Tapi, entah mengapa tuan. Kali ini aku benar-benar ragu.
Mampukah aku bertahan, melawan jarak dan waktu yang seakan terus menertawakan.
Melewati setiap perbincangan orang mengenai jarak yang memisahkan hati teramat mustahil untuk bahagia.
Sementara kepastian darimu tak kunjung tiba.
Tuan, hatiku kian tersudut.
Bersamaan dengan terbangnya harapan aku pun tertunduk.
Menahan perihnya hati didera rindu.
Ya, aku memang sudah kalah, jatuh tersungkur melawan rindu.
Kali ini aku benar-benar mati kutu dibuatnya.
Ah, tuan. Semakin mengingatmu semakin besar kerinduanku.
Tapi aku tak bisa jika sedetik tiap waktuku tidak mengingatmu.

Untuk kesekian kalinya, tuan.
Wanitamu ini benar-benar merindumu, mengharapkanmu lekas kembali dan meyakinkanku bahwa masa tentang kita tak akan pernah ada habisnya.
Hingga nanti, hingga mata yang sudah tak mampu lagi melihat.
Hingga telinga yang sudah tak mampu lagi untuk mendengar.
Yang tersisa hanya jemari yang masih erat untuk menggenggam.    
 

0 comments :

Post a Comment