(Ini) Ceritaku

Saturday, July 12, 2014

(Ini) Ceritaku


Hai, kali ini aku datang bukan dengan cerita-cerita akan cinta lagi.
Namun kali ini, biarkanlah aku membeberkan sedikit cerita tentang apa yang terjadi pada hidupku belakangan ini.
Mungkin kalian heran apa yang menarik dari cerita hidupku hingga pada akhirnya aku berani menceritakannya kepada kalian.
Dan aku akan jujur kepada kalian, sungguh tak ada yang menarik.
Hanya saja aku pikir tak ada salahnya berbagi pengalaman.
Tanpa basa-basi yang berlebih lagi, aku mulai saja semuanya.
Dan sampai titik ini aku sendiri masih bingung bagian mana dari hidupku yang akan ku beberkan.
Aku masih memikirkan bagaimana aku memulai ceritanya.
Tapi biarlah, biarlah mengalir sejadinya.

Kadang hidup memang gak sepenuhnya menjadi seperti apa yang kita mau.
Begitupun yang terjadi pada hidupku.
Banyak yang harus kulalui yang akhirnya membuatku menjadi orang yang harus berulang kali berpikir sebelum akhirnya memutuskan sesuatu.
Waktu yang terus berdetak secara perlahan namun pasti membuat hidupku berangsur-angsur berubah.
Sebelum aku menceritakan apa yang berubah, aku akan jujur pada kalian tentang diriku sendiri.
Aku seorang anak perempuan dengan tingkat keegoisan yang tinggi, keras kepala tentu saja.
Terlalu ceplas-ceplos memang, bahkan tak sedikit perkataanku yang akhirnya membuat orang lain sakit hati.
Hingga tak banyak orang yang betah duduk berlama-lama didekatku, hanya orang-orang yang memiliki tingkat kelapangan dada yang tinggi dan orang yang tak pernah ambil pusing yang akan bertahan.
Namun disinilah waktu dan hidup berperan, bermain-main dengan sisi kedewasaan.
Hidup dengan memiliki sifat yang dibenci kebanyakan orang membuatku banyak belajar.
Belajar untuk bisa berbicara tanpa harus menyakiti orang lain.
Belajar untuk mau mendengarkan apa kata orang lain.
Belajar untuk memilah mana orang yang harus dijaga mana yang harus ditinggalkan.

Hampir 3 tahun sudah aku berada pada masa-masa kuliah.
Hidup dengan lingkungan yang memiliki beragam macam karakter manusia.
Beragam macam aktivitas yang akhirnya mengolah jiwa dan raga.
Hidup di masa kuliah tidaklah seenak yang dibayangkan anak sma.
Akan ada banyak realita yang akhirnya membuatku bisa kembali membuka mata dan telinga lebar-lebar,
bahwa tak sepenuhnya orang datang dalam kehidupan berbekal ketulusan.
Bahkan ada yang jelas-jelas menyatakan diri sebagai teman namun perlahan berbalik menjadi lawan yang menjatuhkan.
Yang tadinya bisa merasakan kebersamaan secara utuh, kini hanya datang disaat butuh.
Sekedarnya saja.

Masa kuliah bisa dibilang sebagai masa transisi dari remaja menjadi dewasa.
Hal ini tentu saja bukan perkara mudah.
Adakalanya harus jatuh berkali-kali baru bisa berlari.
Adakalanya akan tertawa bahagia tanpa harus ada derai air mata.
Adakalanya dimana aku harus pintar-pintar memilih mana yang benar-benar teman mana yang bukan.

Ada hal menarik tentang teman (menurutku).
Hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupanku.
3 tahun dalam lingkungan kuliah dengan beragam macam karakter orang,
membuatku bisa menilai mana yang tulus dan tidak pada akhirnya.
Ada beberapa teman yang ada dan datang pada saat butuh saja, tapi setelahnya entah kemana. Ada.
Ada teman yang datang dan singgah beberapa lama, tapi perlahan mulai menjauh hanya karena ada orang lain. Ada.
Yang paling menarik, ada yang mengaku teman datang menawarkan rasa nyaman dan menyatakan diri siap menjadi pendengar yang baik hingga pada akhirnya dialah yang menjadi penyebab utama menjauhnya teman yang lain. Ada.
Ada lagi teman yang mengaku tidak suka pada salah seorang teman yang disini aku asumsikan sebagai mawar, justru kini sebaliknya.
Sekarang ini dia menjadi orang yang hidupnya tak bisa jauh dari mawar ini.
Seperti orang yang menemukan belahan jiwa yang siap berbagi suka dan duka.
Orang yang pada akhirnya menjilat ludahnya sendiri.
Lucu. Hidup memang aneh.
Dan beberapa yang lain ada yang berusaha untuk menjadi teman yang netral, kesana oke kesinipun oke. Ada.
Dan aku. I'm the lucky one who can live with it.

Hidup dilingkungan dengan teman-teman seperti 'itu' membuatku belajar banyak olah emosi dan belajar untuk mengelus dada.
Jujur, aku bukan tipe orang yang sulit untuk memaafkan, hanya saja aku orang yang sulit melupakan perkara.
Aku bukan tipe orang yang bisa menyembunyikan ketidaksukaanku terhadap orang lain.
Tapi jangan salah, justru sifat itulah yang akhirnya menguntungkanku.
Yang lagi-lagi pada akhirnya membuatku sadar bahwa orang-orang seperti mereka bukanlah orang-orang yang aku anggap layak untuk tempatku 'pulang', berbagi suka dan duka tanpa ada topeng dibalik kenyataannya.
Tapi bukan berarti mereka tak berjasa untuk perjalanan kehidupanku.
Justru kehadiran merekalah yang membuatku sadar bahwa aku sudah memiliki sahabat yang luar biasa yang lebih baik dibanding mereka yang lebih layak aku sebut rumah (kedua) tempat aku pulang.
Melepas segala suka dan duka.
Sahabat yang meski sama-sama sibuknya selalu menyediakan waktunya untuk tetap bisa bertatap muka.
Tak banyak memang. Hanya 3.
3 sahabat dari masa putih biru tua hingga nanti menua bersama.
dan 3 orang inilah yang know me as much as i know them.
Seberapapun menyebalkannya diriku.
Seberapapun egois dan keras kepalanya aku.
Pada akhirya cuma mereka yang bisa aku pastikan ada saat dimana aku merasa harus pulang.
Bahwa merekalah harta dan kebahagiaan yang harus aku jaga.
Dan dengan kehadiran merekalah aku bersyukur dengan kehidupan yang aku miliki.
 
Untuk siapapun yang membaca ini.
Jalani saja hidup kalian, nikmati setiap suka dan dukanya.
Karena hanya dengan menikmatinya kalian bisa merasakan bahwa hidup kalian jauh lebih beruntung dibandingkan dengan yang lain.
Berbahagialah jika kalian hidup dengan orang-orang yang bisa membuatmu tertawa dan menangis secara bersamaan.
Karena orang-orang seperti merekalah yang membuatmu menjadi pribadi yang jauh lebih baik.

0 comments :

Post a Comment