DIA, sahabatku.

Wednesday, December 19, 2012

DIA, sahabatku.


"Aduhh, anak mama udah cantik aja jam segini, mau kemana ?"
"Ah, mama, gak kok biasa aja, mm.. mau pergi ma."
"hmm, mama tau nih mau pergi sama Rey ?"

"Hehe..."
"Yaudah hati-hati ya, jangan terlalu larut pulangnya.."
"OK bos"

Setelah mendapat ijin dari mamaku, aku segera menyambar kunci mobil di ata meja, lalu segera pergi. Hari ini terasa amat spesial bagiku tepatnya karena hari ini adalah hari 3 tahun aku pacaran sama Rey. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu Rey, kekasihku yang sudah beberapa bulan ini gak aku temui. Maklumlah, Rey terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan aku seorang mahasiswi yang sedang sibuk mengurusi skripsiku yang sampai saat ini masih belum ada kabarnya.


Aku melajukan mobilku ke tempat dimana aku dan Rey akan bertemu, seketika sebuah mobil polisi memberhentikan laju mobilku.

"Malam, bisa perlihatkan SIM dan STNK ?"
"Aduh pak, saya lagi buru-buru nih, damai ajalah ya pak."
"Maaf, bisa perlihatkan SIM dan STNK ?"
"Yaelah pak, kali ini aja pak, saya lagi buru-buru"


Ku lirik jam dipergelangan tanganku, jam menunjukkan pukul setengah 8 malam, tapi aku masih berdiri menunggu taksi lewat, ya mobilku ditilang karena keteledoranku gak bawa SIM dan STNK, ku coba menghubungi Rey, tapi no nya gak aktif. Aku hanya bisa berharap dia masih menungguku. Selang beberapa menit, sebuah taksi lewat, aku segera menaikinya. Kembali ku coba menghubungi Rey, tapi masih tetap sama, no nya gak aktif.

"Rey..."
"Dara, ngapain lo disini ?"

"Berkali-kali gue coba hubungin lo, tapi hp lo gak aktif. Ada yang harus gue omongin Rey."
"Tapi ra, gak sekarang. Gue mau ketemu Viona."
"Kenapa sih, selalu aja Viona yang lo pentingin ? Gue lagi hamil, ini darah daging lo Rey!"
"Haha .. Becanda lo ra, gak lucu!"
"Gue serius Rey.. Gue bawa buktinya, ini anak lo Rey, anak kita!"
"Tapi ra, hubungan kita ini salah, gak seharusnya kita kaya gini."
"Salah lo bilang ? Dulu, siapa yang mulai ngajak buat ngehianatin Viona ? elo Rey."

"Gue ngerti ra, tapi gue sadar, gue cinta sama Viona."
"Lo gak bisa gini Rey, enak aja lo, giliran udah kaya gini, lo bilang cinta sama Viona, kemaren-kemaren kemana ? Gila ya lo Rey."

"Ra, mending lo duduk dulu, lo tenang dulu, malu ra diliatin banyak orang."
"Gue gak mau tau, lo harus tanggung jawab Rey, gak mungkin gue biarin anak ini lahir tanpa seorang ayah."
"Oke oke ra, lo tenang dulu, kita bisa nyelesein masalah ini baik-baik."
"Gue gak bisa tenang Rey, sebelum lo janji bakal tanggung jawab ni anak!"
"Ok, fine, gue janji ra, gue bakal tanggung jawab. Sekarang lo tenang, kita bakalan omongin ini baik-baik, tapi gak sekarang ra. Gue harus ketemu Viona."


Aku terdiam, tubuhku lemas, aku tak percaya dengan apa yang ku dengar. Haruskah hari ini? setelah sekian lama, haruskah berakhir ..

"Rey, ra .."
"Viona..." sahut mereka tersentak.
"Tega ya kamu Rey, setelah 3 tahun kita pacaran, sekarang balesan kamu kaya gini ke aku ? Tega kamu Rey! Dan lo ra, gue pikir lo sahabat gue ra, tapi ternyata apa ? lo nusuk gue dari belakang. Gak nyangka gue ama kalian berdua."
"Vi, sabar dong vi, aku bisa jelasin."
"Cukup Rey, udah cukup jelas aku denger semuanya. Makasih ya Rey, makasih buat 3 tahun ini, hari ini gak akan pernah aku lupain, orang yang aku cinta dan sahabat yang gue percaya udah hianatin gue. Congrats deh buat kalian berdua."

"Vi, tunggu dong vi."

Akupun berlari pergi dari tempat itu tak ku perdulikan Rey yang memanggilku, bergegas aku panggil taksi. Hatiku hancur, semua mimpi dan harapan untuk hidup bersama Rey seakan luntur bersama air mataku. Aku masih tak percaya, entah apa yang ada di benak mereka. Kurang apakah aku sebagai kekasihnya selama ini ? Aku selalu sabar saat dia tak bisa menjemputku karena pekerjaannya yang terlalu banyak, aku rela malam minggu hanya menonton tv dirumah karena dia lembur.

Hujan pun turun, langit seakan mengerti perasaanku saat ini. Tak henti-hentinya aku menangis, semakin ku coba untuk berhenti menangisnya, semakin hatiku sakit. Tuhan, kenapa ? kenapa harus dia ? dia sahabatku Tuhan. Taksipun berhenti di depan rumahku, aku segera turun dan berlari masuk rumah, tak kuhiraukan panggilan mama. Aku hanya ingin sendiri, sendiri mengobati luka dalam hatiku.

"Vi, aku tau kamu di dalem, aku mohon vi, keluar. Ijinin aku buat jelasin semuanya."

Sayup-sayup ku dengar suara Rey diluar, ku lihat dari balik jendela kamarku, ya memang Rey, Rey yang berdiri di depan rumahku, di tengah derasnya hujan.

"Aku tau vi, kamu marah, kamu benci, bahkan aku tau vi, kamu jijik buat ketemu aku. Tapi, please vi, kali ini aja."
"Pergi Rey, aku gak mau ketemu kamu lagi!"
"Aku gak akan pergi vi, sampe kamu mau dengerin penjelasanku."

Hatiku pun luluh, aku tak tega melihatnya berdiri di tengah hujan, aku segera turun menghampirinya.

"Kamu bodoh Rey! kenapa kamu disini. Tempatmu bukan disini. Pergi Rey! Pergi!"
"Vi, aku minta maaf, aku tau aku salah, tapi demi Tuhan vi, aku cinta sama kamu."
"Bohong kamu Rey! kalo kamu cinta sama aku, gak mungkin Rey, gak mungkin bakalan kaya gini."
"Aku tau vi, aku khilaf, tapi sumpah vi aku masih cinta sama kamu."
"Aku gak perlu sumpah Rey, aku tau kamu cinta sama aku."
"Thanks vi, kamu mau kan maafin aku dan mulai semua dari awal ?"
"iya aku maafin kamu rey."


Hujan semakin deras, petir pun tak henti-hentinya menyambar. Langit seolah tau apa yang ada dalam hatiku. Aku senang mendengar Rey yang masih mencintaiku, tapi aku bingung, entah apa yang harus aku lakukan, meneruskan egoku ataukah harus ku lepaskan Rey untuk dara, sahabatku.

"Thansk vi, aku janji aku bakal lebih baik lagi buat kamu."
"iya, aku tau. Aku maafin kamu Rey, tapi aku gak bisa buat balik kaya dulu, aku udah terlanjur sakit Rey, aku gak mau dara ngalamin apa yang aku rasa."

"Tapi vi ..."
"Kamu cinta kan sama aku, Rey ? Aku mau kamu buktiin semuanya."
"Iya vi, aku masih sayang sama kamu. Aku bakal lakuin apapun buat kamu, biar kita bisa balik kaya dulu."
"Aku cuma mau, kamu nikahin dara, kamu harus tanggung jawab Rey. Lupain aku!"


Akupun berlari meninggalkan Rey di tengah derasnya hujan, meninggalkan semua cerita tentang aku dan dia.  Biar hujan yang membawa ceritaku, aku yakin akan ada pelangi setelah hujan, meski aku tau, tak mudah bagiku menghapus rasa cintaku terhadap Rey.



0 comments :

Post a Comment