Salahkah ?

Sunday, December 16, 2012

Salahkah ?


"Salahkah aku mencintainya"

      Ku tengok jam yang menempel indah di pergelangan tanganku, berusaha memastikan bahwa memang sudah waktunya. Aku menunggu masih berusaha untuk tetap menunggu. Kulihat kiri kanan, tak nampak juga batang hidungnya. Aku mulai lelah, bosan, sementara sang mentari tak bosan-bosannya menyinariku siang ini.

     Keringatku mulai bercucuran, rasa haus pun mulai datang. Ku putuskan untuk mengakhiri penantianku siang ini. Sepertinya sia-sia aku menunggunya, mungkin dia lupa, tak berapa setelah ku menjauh dari tempatku menunggu, sesosok pria memanggilku. 



      "Hey, tungguin dong!" teriaknya.

Ku balikkan badanku dan menengok ke arah seorang pria yang tengah berlari menghampiriku. 

      "Buru-buru amat sih, mau kemana? bukannya nungguin juga" timpalnya lagi.
     "Yeee, udah lama kali gue nungguin lu, lu nya aja yang kelamaan, panas nih" sahutku dengan sedikit kesal.
     "hahaha, sorry sorry, tadi ada urusan dulu, nih gue bawain minum, minum dulu gih"


     Tawanya yang khas selalu membuatku tak bisa lama-lama marah padanya, sudah lama aku menyimpan rasa ini untuknya, untuk dia yang tak bisa ku miliki. Dia yang dengan setia mendengar keluh kesahku, dia yang selalu tau bagaimana cara menghapus air mataku.

     Panas terik matahari menemani di setiap langkah kami, sesekali angin berhembus, suara dan tawanya mengiringi derap langkah kami pulang. Aku selalu bahagia di saat-saat seperti ini, saat dimana hanya ada aku dan dia, ya hanya kami berdua. Berbagi cerita, melihat senyumnya yang menawan, menatap dua bola matanya yang jernih. Inginku memperlambat derap langkahku, agarku bisa menikmati indahnya suasana ini lebih lama lagi. Entah sampai kapan aku mampu menyembunyikan perasaan ini. Perasaan yang selalu bertambah kian harinya.

     Aku masih belum mengerti, kenapa harus aku. Aku yang berada di posisi yang sulit ini, mencintai seseorang yang tak seharusnya ku cintai. Adilkah ini Tuhan, jika bahagianya bukanlah bersamaku. Lalu apa artinya semua perasaan ini. Aku benci ketika hatinya memilih wanita lain, aku benci saat dia mampu tersenyum bukan denganku, melainkan dengan wanita lain. Haruskah ku kembalikan waktu dan memilih untuk tidak lahir ke dunia ini.

    Ahh, seandainya saja Tuhan memberiku takdir lain, takdir dimana aku bisa hidup bersama dia dan menjalani seluruh waktuku bersamanya, bukan sebagai adiknya. Melainkan sebagai kekasihnya.

0 comments :

Post a Comment