Bertepuk Sebelah Tangan
Hai, selamat malam.
Selamat merebahkan diri.
Selamat menghilangkan beban yang dirasa saat ini.
Maaf jika pada akhirnya,
tulisan ini akan mengganggu waktu beristirahatmu.
Kamu pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta sendirian ?
Pernah merasakan rasanya rindu sendirian ?
Pernah merasakan ingin memiliki tapi tak bisa ?
Jika iya, maka kamu tak sendirian. Akupun.
Aku mencintai lelaki ini, entah sejak kapan.
Yang aku tau, mataku tak bisa lepas darinya.
Yang aku tau, jantungku berdebar setiap kali aku melihatnya.
Yang aku tau, aku selalu tersenyum, tiap kali memikirkannya.
Dan yang aku tau, aku suka tiap kali dia mulai bercerita.
Seperti saat ini.
Saat dimana kami bersama, duduk saling berhadapan.
Menikmati secangkir coklat panas kami masing-masing.
"Ra, kenapa senyum-senyum sendiri ? Ada yang lucu ya ?"
"Eh, kenapa dim ?"
"Ya lo kenapa senyum-senyum sendiri ?"
"Enggak kok gak papa. Hehe"
"Dih! dasar aneh."
"Bodo" sahutku
"Ra, menurut lo, salah gak sih kalau kita jatuh cinta sama temen sendiri ?"
"Ha? Ya enggaklah dim."
"Alesannya ?"
"Emm... Mungkin karena kita gak pernah bisa milih mau jatuh cinta sama siapa ? Cinta kan gak bisa ditebak, dim."
"Oh.. iya juga sih"
"Emang kenapa dim ? Jangan bilang lo lagi naksir salah satu temen cewek lo ?"
"Mungkin." jawabnya.
Aku terdiam sesaat, memalingkan wajah.
Menatap senja yang kini mulai menghiasi semesta.
Dalam diam, aku berharap. Sungguh.
Bahwa akulah perempuan yang dia suka.
Bahwa akulah yang akhirnya menjadi pelabuhan terakhirnya.
Bahwa ternyata aku, tak bertepuk sebelah tangan.
"Hey, Ra!"
"Apasih, ngagetin mulu"
"Ya abis lo, tiba-tiba diem. Kan gue ngeri, ntar lo kesambet lagi."
"Yaelah, gak gitu juga kali dim."
"Yaudah makanya jangan diem mulu"
"Ya terus, gue harus gimana ? lo aja diem."
"Ya ngomong kek, apa kek, yang penting jangan diemlah ra"
"Yauda, gue mau tanya, emang siapa cewek yang lo suka, sampe lo ragu-ragu gitu ?"
"Ya adalah ra, kita uda deket banget. Tapi gue masih gak tau, gue beneran jatuh cinta ama dia apa enggak."
"Siapa sih? kebiasaan ah lo bikin penasaran.Tapi tapi bukan gue kan ?"
"HAHAHAHA... yang bener aja lo, gak lah, itumah lo yang ngarep" jawabnya sembari tertawa.
"Sialan. Lagian gue juga ogah kali. Kaya gak ada yang lebih cakepan dikit."
"Dih, kampret lo"
Kali ini aku meraih secangkir coklat panas dihadapanku.
Meneguknya perlahan, membasahi hati yang entah mengapa terasa nyeri.
Saat tahu akhirnya bukan aku yang dia suka.
Bukan aku yang mampu menaklukan hatinya.
Seandainya kamu tau dim,
Seorang perempuan dihadapanmu ini,
Seorang Clara jatuh cinta kepada dimas,
Seorang perempuan yang benar seperti katamu telah menerbangkan berbagai harapan untuk kelak dapat hidup bersamamu.
Dan seandainya kamu tau,
seperti senja yang selalu setia menghiasi semesta,
seperti itulah aku mencintaimu.
setia mencintaimu meski aku tau, kamu tidak.
"Eh.. sorry, gak sengaja."
Seorang lelaki menabrak kursiku,
yang sekejap membuyarkan semua lamunanku.
Ah.. Dimas.
Menatapmu seperti ini membuatku berpikiran terlalu jauh.
Jangankan memilikimu, untuk dapat berteman seperti layaknya dalam lamunanku saja aku tak mampu.
Bahkan untuk sekedar menyapamu yang jelas kini duduk dihadapanku,
meski dilain meja saja aku tak sanggup.
Tapi entah mengapa aku masih tetap mencintaimu.
Mencintai meski harus kurasa sendiri.
0 comments :
Post a Comment